Kampung Haji Indonesia: Simbol Era Baru Diplomasi dan Pelayanan Ibadah

PCINU Tunisia – Awal Juli 2025 menjadi tonggak penting dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Arab Saudi. Dalam kunjungan kenegaraan, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, diterima langsung oleh Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), di Istana Kerajaan Riyadh. Salah satu hasil paling signifikan dari pertemuan tersebut adalah kesepakatan untuk membangun Kampung Haji Indonesia di Makkah, hanya sekitar 400 meter dari kompleks Masjidil Haram. Sebuah ide monumental yang diyakini akan mengubah lanskap pelayanan haji dan umrah bagi jutaan warga Indonesia di masa depan.
Gagasan ini lahir karena beberapa tahun terakhir, jumlah jemaah haji dan umrah asal Indonesia terus mengalami peningkatan signifikan. Kebutuhan akan layanan terpadu yang mampu menjawab tantangan logistik, akomodasi, dan kesehatan menjadi semakin mendesak. Oleh karena itu, kesepakatan ini dipandang sebagai solusi konkret dan progresif terhadap berbagai persoalan yang selama ini muncul dalam proses pelaksanaan ibadah haji.
Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, menyampaikan bahwa Putra Mahkota Saudi menunjukkan dukungan penuh atas proyek ini dan ingin melihat realisasinya dalam waktu dekat. Ini menjadi penanda komitmen nyata dari kedua negara dalam memfasilitasi umat Islam, sekaligus bentuk nyata soft diplomacy berbasis pelayanan keagamaan yang selama ini menjadi salah satu pilar utama hubungan Indonesia–Saudi.
Sebagai tindak lanjut, Presiden Prabowo segera membentuk tim teknis khusus yang akan mengevaluasi seluruh aspek strategis, administratif, dan teknis dari proyek ini. Kepala Badan Pengelola Haji (BP Haji), Irfan Yusuf atau yang lebih dikenal sebagai Gus Irfan, mengungkapkan bahwa tim ini bertugas menjajaki kemungkinan-kemungkinan skema pendanaan dan kemitraan. Tiga opsi skema tengah disiapkan, termasuk peluang kemitraan dengan swasta dan keterlibatan lembaga keuangan syariah seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), yang kini tengah memperluas operasionalnya di Timur Tengah.
Meski menggunakan istilah “kampung”, kompleks ini sama sekali tidak menyerupai kampung dalam pengertian tradisional ala Indonesia. Dalam konteks ini, “kampung” lebih menyerupai kawasan hunian terpadu modern yang dilengkapi berbagai fasilitas penting, mulai dari akomodasi jemaah, pusat layanan kesehatan, unit logistik dan katering halal, hingga fasilitas pendidikan dan ekonomi mikro. Bahkan, rencana awal menyebutkan bahwa kompleks ini juga akan menyediakan pelatihan untuk tenaga relawan haji, serta tempat bagi UMKM binaan dari Indonesia yang ingin masuk ke pasar Saudi.
Secara strategis, kehadiran Kampung Haji Indonesia akan membawa banyak dampak positif. Dari aspek pelayanan, jaraknya yang sangat dekat dengan Masjidil Haram akan secara signifikan mempersingkat waktu dan mempermudah mobilisasi Jemaah, terutama pada masa puncak ibadah haji yang selama ini rawan kemacetan, kelelahan fisik, bahkan insiden logistik. Kompleks ini juga diyakini akan mampu meningkatkan ketepatan pelayanan serta merespons dengan cepat situasi darurat yang mungkin terjadi.
Dari sisi ekonomi, proyek ini membuka peluang besar bagi kolaborasi antara pelaku usaha Indonesia dan Arab Saudi, khususnya dalam sektor perhotelan syariah, layanan transportasi, makanan halal, dan teknologi manajemen jemaah. Jika dikelola dengan baik, kawasan ini bahkan dapat menjadi pusat ekonomi mikro umat Indonesia di Makkah, di mana BSI dan mitra-mitra syariah lainnya memainkan peran sentral dalam pembiayaan, permodalan, dan tata kelola keuangan.
Lebih lanjut, dari perspektif diplomasi, pembangunan Kampung Haji Indonesia ini dapat dibaca sebagai bentuk perluasan pengaruh lunak (soft power) Indonesia dalam dunia Islam. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam menampilkan wajah Islam yang damai, inklusif, dan berkemajuan. Keberadaan kampung ini tidak hanya memperkuat peran Indonesia dalam hal jumlah jemaah, tetapi juga menunjukkan kepemimpinan dalam pengelolaan haji yang modern dan manusiawi.
Perlu dicatat bahwa pembangunan Kampung Haji Indonesia bukanlah proyek instan yang bebas tantangan. Dibutuhkan koordinasi lintas kementerian dan lembaga, termasuk Kementerian Luar Negeri, Kementerian Agama, BPKH, BP Haji, serta pihak swasta dalam negeri. Di sisi lain, proses perizinan di Arab Saudi juga akan melibatkan Kementerian Haji dan Umrah Saudi serta otoritas lokal Makkah, yang memiliki prosedur ketat terkait pembangunan di sekitar kawasan Masjidil Haram.
Namun demikian, sinyal positif datang dari berbagai pihak. Komisi VIII DPR RI, yang membidangi urusan agama dan haji, menyambut baik rencana ini. Dalam pernyataannya, mereka menilai bahwa kehadiran Kampung Haji Indonesia akan meringankan beban operasional ibadah haji, terutama dalam menekan biaya akomodasi yang setiap tahunnya menjadi beban cukup besar bagi pemerintah maupun jemaah.
Di tengah berbagai upaya reformasi layanan haji yang sedang dilakukan, keberadaan kampung ini juga sejalan dengan upaya digitalisasi manajemen haji. Nantinya, seluruh proses pengelolaan kawasan dapat dikontrol secara digital, mulai dari sistem antrian makan, penjadwalan ibadah, hingga layanan kesehatan berbasis aplikasi. Ini mencerminkan langkah nyata pemerintah Indonesia dalam mengadaptasi teknologi untuk pelayanan umat yang lebih manusiawi dan efisien.
Jika proyek ini berhasil direalisasikan dengan baik, Kampung Haji Indonesia akan menjadi semacam “ambasador tak resmi” Indonesia di Tanah Suci. Sebuah ruang yang bukan hanya melayani, tetapi juga merepresentasikan karakter bangsa: religius, ramah, efisien, dan berdaya saing global. Ia akan menjadi tempat di mana semangat gotong royong dan pelayanan bertemu dengan teknologi dan diplomasi modern.
Pembangunan Kampung Haji Indonesia di Makkah adalah proyek monumental yang tidak hanya menawarkan solusi terhadap berbagai tantangan teknis ibadah haji, tetapi juga mencerminkan visi besar Indonesia dalam pelayanan keagamaan, diplomasi, dan ekonomi. Dukungan penuh dari Arab Saudi, terbentuknya tim teknis, serta potensi keterlibatan sektor swasta dan keuangan syariah menjadikan proyek ini sebagai investasi jangka panjang umat. Jika direalisasikan dengan sinergi, transparansi, dan profesionalisme, Maka, Kampung Haji Indonesia akan menjadi warisan penting bagi peradaban umat Islam Indonesia di masa depan.
Penulis: Muhammad Fahad Azizi (Mahasiswa S1 Universitas az-Zaitunah Tunisia)
Editor: Abbas Hamonangan Harahap