Asidah, Burdah, dan Cahaya Maulid: Jejak Perayaan Maulid Nabi di Tunisia

PCINU Tunisia – Islam merupakan agama mayoritas masyarakat Tunisia. Sekitar 98 persen dari populasi negara ini memeluk Islam dengan mayoritas mengikuti mazhab Maliki. Penaklukan Afrika yang dipimpin oleh Uqbah bin Nafi’ al-Fihri menjadi tonggak awal tumbuhnya peradaban sekaligus ajaran Islam di negeri ini. Tradisi tersebut kemudian dilanjutkan oleh Sidi Ali bin Ziyad dan muridnya, Imam Sahnun, dalam menjaga kelestarian ajaran Islam hingga bertahan sampai masa kini.
Memasuki bulan mulia, bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, Tunisia sebagaimana negara muslim lainnya memiliki ciri khas sekaligus keunikan penuh nilai keislaman dalam menyambutnya. Hal ini tampak jelas khususnya di dua masjid agung, yaitu Masjid Zaitunah di Kota Tunis dan Masjid Uqbah bin Nafi’ di Kota Kairouan.
Jika mengunjungi Kota Tunis, khususnya di Masjid Agung Zaitunah, pada tiap awal bulan Rabiulawal tradisi menyambut kelahiran Nabi seolah menghidupkan kembali denyut peradaban Islam. Perayaan dimulai pada tanggal 3 September dengan pembacaan Burdah dan ceramah mengenai makna serta hakikat kelahiran Nabi Muhammad SAW, lalu diakhiri dengan doa oleh Syekh Hisyam bin Mahmud, Mufti Tunisia.
Pada hari berikutnya, perayaan Maulid Nabi dilaksanakan dengan pembacaan Qasidah Hamziyah fi Madḥ Khairil Bariyah, salah satu shalawat yang berisi syair pujian terhadap Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai spiritual, dan semangat perjuangan beliau. Dan puncaknya ditutup dengan hidangan khas Tunisia, yakni asidah, sejenis bubur manis yang menjadi simbol manisnya cinta masyarakat Tunisia kepada Baginda Rasulullah SAW.
Beralih ke Kairouan yang berjarak sekitar 163 km dari ibu kota, kota yang dijuluki sebagai kota suci keempat umat Islam ini juga memeriahkan Maulid Nabi dengan antusiasme masyarakat. Mereka memenuhi Masjid Agung Kairouan atau Masjid Uqbah bin Nafi’ dengan rangkaian kegiatan mulai dari pembacaan ayat suci Al-Qur’an, shalawat, dzikir, hingga festival keagamaan yang berisi lomba tilawah Al-Qur’an dan shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Festival tahunan ini berlangsung sejak 1 September hingga malam puncak 4 September. Selain itu, masyarakat juga dapat berziarah ke makam salah seorang sahabat Nabi, Abu Zam’ah al-Balawi.
Dengan demikian, perayaan Maulid Nabi di Tunisia tidak sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi pesta budaya dan sosial. Tradisi ini sekaligus mempererat ukhuwah islamiyah, melestarikan warisan peradaban Islam, serta meneguhkan kecintaan masyarakat Tunisia kepada Baginda Rasulullah SAW.
Penulis: Hilman Zidny (Mahasiswa S1 Universitas az-Zaitunah)
Editor: Nuril Nanti Kamilia S.