Kolom

Catatan Ngaji Muqaddimah Gus Dubes : Tradisi Ramalan Masa Depan Menurut Ibnu Khaldun

PCINU Tunisia – Gus Zuhairi Misrawi atau lebih akrab dipanggil Gus Dubes membahas teori Ibnu Khaldun mengenai tradisi ramalan kekuasaan yang akan terjadi di masa depan. Tema pembahasan tersebut dipaparkan pada saat sesi kajian mingguan kitab Muqaddimah karya dari Bapak Sosiologi Dunia, Ibnu Khaldun, yang diselenggarakan setiap hari Selasa di Sekretariat PCINU Tunisia.

Ibnu Khaldun, lanjut Gus Dubes, juga menegaskan dalam teorinya, bahwa sifat alami manusia itu selalu ingin tau hal-hal yang masih abstark yang akan terjadi di masa mendatang, seperti hal-hal yang baik atau buruk, sehat atau sakit, kehidupan dan kematian, karir jabatan dan lain sebagainya. Artinya, sebuah ramalan sudah turun temurun menjadi tradisi peradaban manusia.

Gus Dubes menjelaskan bahwa ramalan juga sudah ada pada saat peradaban arab, dimana sebelum kehadiran Nabi Muhammad, sudah ada ramalan-ramalan yang mengatakan bahwa akan datang sosok agung, nabi akhir zaman yang lahir dari kaum bani Quraisy. Begitupun juga yang dilakukan oleh para raja, kata Gus Dubes, bahwa setiap mereka memiliki peramal yang bertujuan untuk ingin mengetahui usia kekuasaan dan kejatuhannya.

Selama masa daulah Islamiyah ramalan-ramalan semacam itu sudah dipraktekkan. Ya’qub bin Ishaq al-Kindi, peramalnya khalifah ar-Rasyid dan al-Makmun, mengarang kitab yang diberi nama al-Jafar, nama buku itu dinisbatkan kepada Ja’far Shadiq. Dikatakan bahwa ramalan terkait daulah Bani Abbasiyah, kehancuran dan keruntuhan kerajaan tersebut akan terjadi pada pertengahan abad ketujuh, dan itu bersamaan dengan kehancurannya kemajuan agama Islam.

Maka tidak heran jika setiap presiden atau raja hingga sekarang pasti memiliki peramalnya sendiri-sendiri yang memberikan pengetahuan simbol-simbol yang akan terjadi di masa mendatang saat pemerintahan yang dipimpinnya. Zaman dahulu, ramalan untuk melihat peristiwa-peristiwa itu 20 tahun sekali yang dilakukan oleh para penguasa kerajaan.

Ibnu Khaldun memberikan label peramal dengan istilah Munajjimun. Ibnu Khaldun juga memggambarkan para peramal yang bermacam-macam seperti melihat bintang, tanda-tanda alam, menggambar di pasir, melempar biji-bijian dan lain-lain. Ia juga membedakan antara para peramal dan orang pilihan yang benar-benar diberikan kelebihan khusus dari Tuhan untuk melihat hal-hal ghaib yang disebut dengan Karomah dan Kasyf yang dilakukan oleh para wali.

Era sekarang, kajian membaca masa depan berkembang di ranah akademis seperti yang ada di Universitas Nahdlatul Ulama Jakarta jurusan Futurologi. Negara Iran, kata Dubes, kajian tentang future juga berkembang sangat pesat. Karena Iran adalah negara syiah dan percaya dengan ramalan masa depan seperti dahulu yang dinisbatkan kepada Ja’far.

Dari kajian dalam bab ramalan ini, Gus Dubes berpesan agar penting bahwa pemuda era sekarang harus sudah mulai belajar untuk mencintai bangsa dan negara. Jika tidak dimulai dari perasaan memiliki tanah air, setiap individu akan terpecah belah. Seperti teori Ibnu Khaldun, sebuah negara itu tidak akan abadi selamanya. Suatu saat nanti, akan ada era keruntuhan, dimana Ibnu Khaldun memprediksi setiap negara akan mengalami kehancuran jika berusia 500 tahun.

Maka, penting bahwa setiap anak bangsa memiliki rasa persatuan yang kuat antar golongan. Juga, harus menjadi warga negara yang baik dan tidak berusaha untuk memprovokasi antara satu individu dengan yang lainnya demi memberikan kondisi negara yang kondusif. Agar masa depan tidak ada hal-hal buruk yang dapat mengancam kerusakan dan kedaulatan negara.

Muhammad Yusril Muna

Ketua PCINU Tunisia

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button