Kolom

Nadhratul Khayal: Pondasi Imajinasi dalam Membangun Diri, Komunitas dan Peradapan

Dalam kehidupan ini, manusia telah mengalami perkembangan pesat sejak zaman purba hingga era modern. Perkembangan ini mencakup berbagai aspek, baik dari segi kebutuhan pokok seperti pangan dan papan. Hal ini tidak lepas dari daya cipta manusia di zaman dahulu yang telah merancang dan mendesain apa yang akan dibutuhkan di masa depan. Imajinasi menjadi kunci utama dalam membangun masa depan demi maslahat umat manusia beratus-ratus, bahkan beribu-ribu tahun kedepan.

Para filsuf juga memikirkan hal ini. Mereka merumuskan tiga asas pondasi imajinasi dengan berbagai tingkatan yang berbeda. Tiga asas itu dinamakan Nadhrotul Khayal. Nadharatul Khayal terdiri menjadi tiga tingkatan yaitu Khayalul Fardi (Imajinasi diri sendiri), Khayalul Mujtami’ (Imajinasi Kelompok) dan Khayal Umron (Imajinasi Peradapan).

Pertama, Khayalul Fardi adalah memikirkan atau mendesain diri kita dengan sebaik mungkin. Para Ahli Filsafat mengatakan bahwa Khayalul Fardi atau tingkatan pertama menjadi priotitas kita untuk berimajinasi kepada diri kita sendiri. Di era modern, konsep ini sangat relevan dengan istilah “self-branding.” dimana seseorang harus memprioritaskan atau membranding diri kita, sebelum naik tingkatan yaitu memikirkan sebuah kelompok.

Ironisnya,banyak generasi anak muda saat ini belum bisa memikirkan diri sendiri dan belum mampu berdamai dengan dirinya sendiri, tapi sudah terburu-buru ingin mengubah peradaban dengan tangan mereka sendiri dan mereka ikut sebuah organisasi besar hanya karena ajakan senior atau takut ketinggalan tren (FOMO) padahal belum mampu mengelola waktu, emosi dan arah hidupnya sendiri.

Inilah yang menjadi alasan besar, mengapa anak muda selalu mengatakan kepada diri mereka sendiri, “hidup kok gini-gini aja.” Karena mereka telah terbelenggu oleh pemikiran atau imajinasinya di dalam suatu kelompok. Mereka terombang-ambing oleh pikirannya sendiri, memaksakan diri untuk aktif di organisasi besar. Ia rela mengorbankan energi dan pikirannya demi kelompok, namun lupa bahwa dirinya sendiri masih membutuhkan perhatian dan pemulihan.

Oleh karena itu, di dalam buku yang Essentialism, karya Greg McKeown. Salah satu argumen utama McKeown adalah “Di dunia ini penuh dengan pilihan, penuh dengan tuntutan, penuh dengan tekanan, karena alasan itu, seseorang sering terjebak dalam apa yang disebut sebagai mengejar lebih banyak secara tidak disiplin.” Penulis seolah mengatakan mengejar lebih banyak secara tidak disiplin itu pada akhirnya akan kawalahan sendiri.

Inilah inti dari Khayal Fardi, membangun kesadaran akan pentingnya memprioritaskan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum kepada orang lain.

Kedua, Khayalul Mujtami’, yaitu mengimajinasikan sebuah kelompok atau sebuah organisasi. Jika seseorang sudah bisa memimikirkan dirinya sendiri dengan baik, Langkah selanjutnya adalah memikirkan sebuah kelompok.

Filsuf, Ibnu Thufail mengatakan, “Di dunia ini, ada dua jenis orang pintar menurutku, Pertama, seseorang memiliki jiwa semangat yang tinggi untuk belajar, Yang kedua adalah seseorang bisa menciptakan lingkungan yang baik untuk meraih tujuan sama yaitu keberhasilan.” Perkataan ini sangat relevan di zaman sekarang. keberhasilan suatu kelompok (organisasi) itu ditentukan oleh orang-orang di dalamnya yang benar cakap, ikhlas dan memiliki visa yang sama.

Duta Besar (Dubes) RI untuk Tunisia, Gus Zuhairi mengatakan “Dahulu saya ketika di Universitas Al-Azhar, selain belajar sungguh-sungguh, saya juga punya temen seperti Gus Jazuli (Pengasuh Pondok Pesantren Bima di Cirebon) dan lain-lain. Alhamdulillah, mereka semua sukses di zaman sekarang.”

Maka sebuah kelompok (organisasi) bisa sukses, salah satunya dikarenakan anggota-anggota dalam organisasi tersebut yang memang betul-betul pintar, baik secara akademisi maupun praktisi.

Tingkat terakhir yaitu Khayalul Umron, tahap tertinggi dari imajinasi – setelah seseorang sudah bisa berdamai dengan dirinya, dan sudah bisa menciptakan kelompok yang bisa menunjang kesuksesan bersama, munculah yang namanya peradapan. Peradaban inilah yang membuat manusia hidup dengan tenang, damai, dan tentram.

Lihatlah bagaimana Para Pejuang Kemerdekaan Indonesia, Bapak Ir.Soekarno, yang berjuang mati-matian, Demi Peradaban Indonesia yang memberantas penjajah dari kolonialis luar negeri seperti Belanda dan Jepang. Bapak Ir.Soekarno tidak akan bisa membuat peradaban Indonesia seperti sekarang dengan tangannya sendiri. Ia berjuang bersama tokoh tokoh bangsa lainnya, seperti Bapak Mohammad Hatta, Ibu Fatmawati, Sutan Syahrir, dan lain-lain. Mereka para tokoh bangsa telah berjasa untuk kemerdekakan Indonesia dan mempersatukan bangsa ini dengan simbol Pancasila.

Akhirnya, Inilah tiga tingkatan imajinasi yang dikemukakan oleh para ahli filsafat terdahulu, Setiap tahap memiliki perannya masing-masing. sekarang kita mengetahui apa yang harus kita prioritaskan untuk saat ini. “Semoga kita semua memiliki kesadaran yang sama.” Doa Gus Zuhairi kepada mahasiswa-mahasiswi Indonesia di Tunisia.

Penulis: Muhammad Fardan Abid (Mahasiswa S1 Universitas az-Zaitunah)

Editor: Nuril Najmi Kamilia S.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button