Peran Imajinasi dalam Mewujudkan Masa Depan

PCINU Tunisia – Imajinasi adalah kemampuan seseorang dalam membayangkan sesuatu yang belum pernah ia lihat secara nyata, namun berdasarkan dari pengalaman atau kenyataan yang telah ia lalui. Imajinasi menjadikan manusia mampu mengembangkan dirinya dan memecahkan suatu masalah melalui ide atau gagasan-gagasan baru yang bersumber dari akal dan intuisi. Dan Imajinasi awalnya hanya berupa gambaran dalam pikiran yang nantinya dapat diwujudkan menjadi kenyataan melalui tindakan dan kreativitas.
Peran imajinasi sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Melalui imajinasi (mengkhayal) manusia dapat menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat. Seperti di zaman modern manusia bisa menikmati Hanphone sebagai alat komunikasi atau kendaraan seperti mobil, motor dan pesawat terbang yang dapat memudahkkan perjalanan antartempat dan antarbenua. Semua itu adalah buah dari imajinasi yang diwujudkan oleh akal manusia.
Para ahli Filsafat bahkan mengatakan, “Kalau tidak karena Imajinasi orang-orang pada zaman dahulu, maka manusia yang hidup di zaman sekarang hidup seperti orang-orang pendahulu (primitive).” Coba bayangkan, jika orang-orang di zaman modern masih berpakaian dan hidup seperti di masa Jahiliyyah, betapa malunya mereka. Maka benar apa yang dikatakan para ahli Filsafat, bahwa imajinasi memiliki peran penting dalam peradapan manusia. Dengan berimajinasi manusia dapat menciptakan hal-hal baru untuk masa depan.
Kemampuan berimajinasi juga menunjukkan kemuliaan manusia dibanding makhluk lainnya. Allah SWT memerintahkan manusia untuk mentadabburi alam semesta sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat-NYA. Dalam Surat Al’Isra ayat 70 disebutkan “walaqad karramnaa banii aadam” yang artinya, “Allah SWT telah memuliakan anak cucu adam (manusia).”
Dalam kitab Tafsir Al-Kabir, menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari dua unsur: jiwa dan badan, dan keduanya merupakan ciptaan paling mulia di alam semesta ini. Dan ia juga membedakan antara jiwa hewan dan manusia, jiwa hewan hanya terdiri dari hawa nafsu, sedangkan jiwa manusia berbeda karena manusia memiliki akal. Dengan akal manusia mampu membedakan dan menciptakan sesuatu.
Akan tetapi, Imajinasi hanya akan menjadi angan-angan jika tidak diwujudkan dalam kehidupan nyata. Dalam istilah tasawuf, disebut dengan thul al-amal (Panjang angan-angan), maka tidak ada gunanya yang namanya Imajinasi.
Saat ini, banyak generasi muda selalu overthinking, telalu lama terlarut dalam khayalan tanpa aksi. mereka memiliki cita-cita besar, namun tak diiringi dengan pengorbanan dan usaha untuk meraihnya.
Peristiwa ini sangat memprihatinkan. Bahkan banyak dari mereka merasa gagal dalam hidupnya lalu putus asa dengan kehidupan yang akhirnya memilih mengakhiri hidup mereka sehingga hal ini menyebabkan meningkatnya kasus bunuh diri. Sayyidina Ali Bin Abi Thalib mengingatkan kepada kita, “yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah dua perkara : satu, terlalu Panjang angan-angan (dunia) dan dua, mengikuti hawa nafsu.” Hal ini menunjukkan bahwa Panjang angan-angan (dunia) akan membuat manusia lupa akan akhirat yang abadi dan hakiki.
Dalam konteks modern, imajinasi harus diiringi dengan aksi nyata. Seperti yang pernah di ungkapkan oleh salah satu pembicara dalam podcast Deddy Corbouzier, “Mimpikan, pikirkan, ucapkan, lakukan dan konsisten.” Sesingkat itu rumus seseorang dalam meraih cita-cita atau sebuah goals. Sayangnya, rumus ini bisa dilakukan hanya sampai batas mimpikan, pikirkan, dan ucapkan, dua tingkat setelahnya seperti ada penghalang yang mana seseorang sulit melakukan hal tersebut.
Terlalu banyak Imajinasi, mimpi dan angan-angan, seseorang akan terjebak di dunia yang fantatis, bukan dunia yang nyata. Akibatnya, hal itu akan membuat seseorang malas dan mudah lupa dengan apa yang ia sudah pelajari selama ini. Padahal Ketika mendapatkan ilmu lalu dipraktikkan, ia akan lebih melekat dalam ingatan.
Oleh karena itu, Imajinasi orang-orang terdahulu yang diwujudkan dalam bentuk nyata telah membawa manfaat besar hingga saat ini. Karena imajinasi mereka benar-benar diterapkan dan diamalkan bukan mengendap di akal mereka.
Maka, tugas generasi muda sekarang adalah berusaha menghidupakn Imajinasi dan ide-ide cemerlang yang dimilikinya dengan tindakan nyata. Jangan biarkan ide-ide tersebut membusuk dalam pikiran atau bahkan menjadi racun (overthinking). Dan dari imajinasi ini tidak hanya bermanfaaat baginya, melainkan menjadi maslahah juga untuk orang lain di masa depan.
Penulis: Muhammad Fardan Abid (Mahasiswa S1 Universitas az-Zaitunah Tunisia)