Kolom

Mengenang Gus Dur Lewat “Peci Miring”: Webinar Bersama Dr. KH. Aguk Irawan MN

PCINU Tunisia – Dalam rangka memperingati Haul KH. Abdurrahman Wahid—tokoh bangsa yang dikenal dengan panggilan akrab Gus Dur—sebuah webinar bertema “Bincang Buku: Peci Miring Gusdur” diselenggarakan oleh Gusdurian Tunisia pada Minggu, 30 November 2025. Acara yang berlangsung secara daring melalui Zoom Meeting ini menghadirkan penulis dan budayawan nasional, Dr. KH. Aguk Irawan MN, yang selama ini dikenal luas lewat karya-karya sastranya, termasuk novel mega bestseller Penakluk Badai.

Webinar ini bukan sekadar mengenang sosok Gus Dur, melainkan upaya menggali kembali nilai-nilai kebangsaan, kemanusiaan, dan spiritualitas yang beliau wariskan. Dengan gaya tutur yang khas, Dr. Aguk mengajak para peserta menelusuri kisah-kisah ringan namun sarat makna dari kehidupan Gus Dur—terutama simbol peci miring yang melekat pada sosoknya.

Peci Miring: Simbol Keaslian Seorang Pemimpin

Dalam pemaparannya, Dr. Aguk menjelaskan bahwa peci miring bukanlah gaya atau sekadar kelakar khas Gus Dur. Peci yang tidak pernah benar-benar lurus itu mencerminkan kepribadian beliau yang jujur, apa adanya, dan tidak dibuat-buat. “Gus Dur tidak sibuk menjaga penampilan agar terlihat sempurna. Beliau ingin menjadi manusia yang merdeka dari kepalsuan,” tutur Dr. Aguk.

Baca Juga :

Lebih jauh, peci miring juga menyiratkan keberanian Gus Dur dalam melawan arus, berpikir di luar kebiasaan, serta konsisten memperjuangkan hak-hak kelompok minoritas. Dalam berbagai cerita yang dibagikan, peserta diajak merenungi bagaimana humor, keluwesan, dan kebijaksanaan Gus Dur membentuk gaya kepemimpinan yang humanis.

Kisah-kisah yang Membawa Pesan

Sesi inti webinar dipenuhi anekdot Gus Dur yang mengundang tawa sekaligus renungan mendalam. Dr. Aguk menghidupkan kembali memori-memori tentang perjalanan intelektual Gus Dur, hubungan beliau dengan masyarakat akar rumput, hingga gagasan-gagasan besarnya tentang pluralisme dan demokrasi.

Beberapa peserta mengakui bahwa mereka menemukan perspektif baru tentang Gus Dur dari sudut pandang seorang penulis yang sangat dekat dengan tradisi pesantren dan dunia sastra. Gaya tutur Dr. Aguk yang tenang dan reflektif membuat forum terasa hangat dan mendidik.

Baca Juga :

Warisan Pemikiran yang Terus Hidup

Pada bagian penutup, panitia menekankan bahwa haul bukan sekadar momentum mengenang wafatnya seorang tokoh, melainkan menghidupkan kembali semangat perjuangannya. Figur Gus Dur, melalui humor dan kebijaksanaannya, terus mengilhami generasi muda untuk menjaga keberagaman dan memperjuangkan kemanusiaan.

Webinar ini sukses tidak hanya sebagai sarana edukasi, tetapi juga sebagai ruang perjumpaan spiritual dan intelektual dengan warisan pemikiran seorang guru bangsa. Melalui peci miring-nya, Gus Dur kembali hadir—bukan hanya sebagai kenangan, tetapi sebagai inspirasi yang relevan bagi perjalanan Indonesia hari ini.

Penulis : Sheva Maulaya Zuhdi, Penggerak Gusdurian Tunisia

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button